portrait

Posted by raaaizaa

on Dec 23, 2024, on Gist

Blog

Album temen curhat di semester 4

image

Selama masa kuliah, gua ngerasa banget ada perubahan besar dalam selera musik gua. Kalau dulu waktu SMP dan SMA playlist gua selalu penuh sama band-band emo kayak Bring Me the Horizon, Sleeping with Sirens, Neck Deep, Pierce the Veil, sampai State Champs—yang kebanyakan liriknya soal cinta-cintaan, begitu masuk kuliah, selera gua bisa dibilang—lebih dewasa, dari segi lirik ataupun musik.

Banyak banget yang gua explore selama kuliah ini. Genre psychedelic kayak The Doors, art rock kayak David Bowie, k-pop kayak Seventeen, power pop kayak Jellyfish, acid jazz kayak Incognito—apapun itu dilibas. Walaupun sebenernya ujung-ujungnya ya balik lagi ke genre rock juga sih.

Tapi dari sekian discoveries yang paling standout dan nempel banget selama masa kuliah ini adalah: Queens of the Stone Age. Bisa dibilang, mereka adalah salah satu penyumbang soundtrack perjalanan kuliah gua kali ya.

Bayangin aja, pertama kali gua dengerin mereka taun 2021, “nyemplung” ke discography mereka akhir 2022, dan di 2023 udah jadi top artist Spotify Wrapped gua nomor 1. Scrobble lagu-lagu mereka di Last.fm gua perhari ini pun udah nyentuh 7438 plays, urutan 6 dari 10 artist teratas gua di Last.fm.

Queens seberpengaruh itu dalam kehidupan gua, terutama di taun 2023 jaman taun kedua perkuliahan gua. Kebetulan mereka emang rilis album baru di taun itu, jadi momennya pas banget. Tapi justru obsesi gua terhadap Queens ini ada di album mereka yang dirilis taun 2013, …Like Clockwork.

Perkenalan pertama

Introduction pertama gua ke Queens ini ada di sekitar taun 2021, jaman gua maba. Jadi ceritanya gua adalah die-hard fans dari Royal Blood, band rock asal UK. Gua kepo banget mereka ini influence-nya siapa sih? Karena gua sesuka itu dengan sound mereka dan barangkali gua dapet band yang mirip-mirip mereka. Bolak-balik nyari interview mereka, ngepoin subreddit mereka, page wikipedia, dan akhirnya gua nemu satu nama yang jadi “biggest influence” mereka, yaitu Queens of the Stone Age.

Lagu pertama yang gua dengerin dari mereka itu ya yang paling mainstream-nya di Spotify, No One Knows. Reaksi gua b aja sebenernya waktu dengerinnya, bahkan lebih ke “Yaelah ga nemu miripnya sama Royal Blood”.

Abis itu lanjut ke track kedua yang populer di Spotify mereka waktu itu, I Sat by the Ocean. Which is itu adalah salah satu lagu dari album …Like Clockwork.

“Whoosh!” langsung di lagu itu gua seakan-akan mindblown karena seenak itu lagunya, walaupun sebenernya gua ngerasa lagu ini kuat banget “dad rock” vibes-nya.

Kaya lu tau ga sih, divorced dad vibes gitu. Tipikal bapak-bapak gendut baru beres cerai, bawa mobil muscle car sambil minum beer di jalanan samping pantai. Nah itu lah pokoknya yang gua visualisasikan waktu gua pertama kali dengerin lagu I Sat by the Ocean itu.

image

“Dih lagunya biasa aja ah!”

Gua pertama kali kenal mereka itu emang waktu jaman maba, tapi baru “nyemplung” lebih dalemnya lagi waktu di taun kedua kuliah gua. Gua ngulik banget album mereka yang Songs for the Deaf (2002) itu, yang sering dibilang banyak orang-orang kalau itu salah satu album masterpiece-nya mereka, atau bahkan salah satu album masterpiece di genre rock secara keseluruhan.

Tapi jujur aja, menurut gua kalo buat gua sendiri album itu nggak se-wah itu sih…

Sampai ada di satu waktu dimana gua nonton salah satu video tentang Queens album Like Clockwork di Youtube, gua terpukau dengan backstory album ini yang ternyata se-deep itu, terutama di lagu I Appear Missing. Tapi walaupun udah tau backstory-nya, gua belom pernah ngulik satu albumnya, belom ada ketertarikan lah ya.

Soalnya lagi-lagi, menurut gua musik Queens yang baru-baru termasuk album ini kerasa banget “dad rock” nya. Standard tuning, riff yang bluesy, time signature yang kadang-kadang aneh, apalagi sound mereka di album Villains (2017) yang arahnya ke dance rock.

Sampai di titik itu, dari album ini gua baru dengerin tiga lagu doang: I Sat by the Ocean, If I Had a Tail (itu pun cuma karena featuring Alex Turner di bagian akhir lagu), Smooth Sailing, dan juga I Appear Missing.

Gua di saat itu masih b aja tiap dengerin lagu-lagu mereka dari album ini.

image

When it all starts to make sense

Semester 4 perkuliahan, gua ngerasain yang namanya ngerantau untuk pertama kali selama 19 tahun gua hidup.

Namanya remaja pertama kali hidup sendirian seumur hidupnya ngerti lah ya gimana, pasti ada fase dimana yang ngerasa kayak depressing. Sesuatu yang wajar. Belom lagi urusan perkuliahan, tugas, pertemanan, love life, sampai stress mikirin besok makan apa. Ruwet.

Salahnya lagi gua waktu itu lagi “Radiohead phase”, alias ngulik Radiohead. Sehari-hari gua udah kayak—lu tau ga sih main character-nya manga Oyasumi Punpun? Manga genre seinen coming of age yang main character-nya bentuknya burung itu dengan ceritanya yang cukup berat? Nah itulah gua pada waktu itu (sebenernya kalo dipikir-pikir terlalu lebay sih perumpamaannya, tapi ini biar keren doang)

image

Di fase inilah gua mencoba buat ngulik satu album Like Clockwork. Ngulik yang bener-bener dipahamin detail-detailnya, dari lirik, sound, tema berurutan sesuai urutan tracklist-nya.

Sejak itulah gua ngerti dimana bagusnya album ini. It is such a game changer.

Berputar di tema love, heartbreak, depression, dan death, album Like Clockwork ini sebetulnya adalah concept album. Concept album dimana antar-track-nya ini berkesambungan. Itu kenapa gua ga dapet esensinya waktu gua dengerin track-nya secara individual, karena gua gak liat the bigger picture of it nya.

Sebetulnya banyak musik di dunia ini yang ngangkat tema-tema tersebut, tapi somehow Queens bisa ngebawain tema-tema tersebut dengan oke banget dan bisa gua bilang: masterpiece.

Keep Your Eyes Peeled yang ngebuka album dengan badass.

I Sat by the Ocean yang ngangkat tema patah hati, emotional tapi masih macho kedengerannya.

The Vampyre of Time and Memory dengan lirik “I feel no love” yang nusuk banget.

If I Had a Tail yang kalo didengerin serasa bisa nguasain dunia.

My God Is the Sun yang kompleks dan tight banget sound-nya.

Kalopsia yang sound-nya indah banget.

Fairweather Friends yang intense ditambah piano yang dimainin Elton John.

Smooth Sailing yang kedengeran… mabok… tapi keren.

I Appear Missing yang jadi klimaks dari album ini, sebuah lagu yang menurut gua masterpiece dari Queens.

…Like Clockwork yang jadi akhir dari segalanya, dengan melodinya yang bikin merinding.

Pokoknya ini album gila. Ga heran album ini jadi salah satu best release of the decade di taun era 2010an. Bahkan ngebawa Queens ke nominasi Grammy untuk pertama kalinya walaupun kalah.

Ditambah artwork-artwork dari Boneface yang ngeilustrasiin track-track dan album artwork dari album ini yang beneran bikin album ini keren banget.

image

Fun fact, inspirasi album ini itu berawal dari si vokalis, Josh Homme, yang sempet “hampir mati” waktu operasi. Gua salut ke beliau sih bisa merubah pengalamannya ke satu album berdurasi 46 menit ini yang solid banget dari awal sampai akhir. Bahkan album ini juga jadi titik dimana Queens ngerubah sound mereka, yang tadinya sangat-sangat guitar-driven, downtuned, tempo cepet, dengan lirik-lirik yang rata-rata berputar pada sex drug and rock and roll, jadi sesuatu yang lebih melodis, dewasa, kalem, dan lebih deep.

Gila sih.

Afterword - Hubungan gua dengan Like Clockwork

image

Status album ini buat gua adalah album ini udah sampai di level dimana gua kalo misalnya bingung mau dengerin lagu apa gua bakal nge-play album ini front to back. Terbukti udah gak keitung berapa kali album ini gua play di kamar kosan gua, kamar rumah orang tua, perpustakaan kampus, travel Bandung-Jakarta maupun Jakarta-Bandung, atau bahkan saat gua ketiduran.

Gua berani bilang ini adalah top 10 album gua sepanjang masa. Tapi bukan yang sampai merubah hidup gua, ga sampai titik itu. Melainkan album ini lebih ke album yang berkesan banget bagi gua karena bagus dan ini menemani salah satu fase hidup gua.

Terutama track I Appear Missing yang dilanjut oleh title track-nya yang selalu nemenin gua di waktu bengong liatin plafon kamar malem-malem sebelum tidur. I Sat by the Ocean tiap gua nyetir mobil maupun motor (disclaimer: gua udah gak pernah motoran sambil dengerin lagu lagi sejak 2022). Dan track The Vampyre of Time and Memory yang sempet nemenin gua duduk sendiri di hutan kota GBK waktu April 2023 lalu.

Tapi walaupun gua mungkin terdengar “mengagung-agungkan” album ini, gua masih ada ngerasa kurang juga kok dari album ini. Album ini emang solid banget, tapi menurut gua ada satu track yang kurang banget di album ini: Fairweather Friends. Entah mengapa track itu sangat terdengar kurang dibanding track lain di kuping gua. Even drumming-nya Dave Grohl, piano dan vokalnya Elton John, dan backing vocal dari Trent Reznor pun tidak cukup buat menyelamatkan lagu itu buat terdengar “pas” di kuping gua. I think ini ga berlaku buat gua doang, tapi cukup banyak yang seperti gua karena gua seringkali ngeliat yang sependapat dengan gua di subreddit.

Satu lirik yang beneran ngena bagi gua dari album ini adalah lirik yang ada di bagian chorus dari title track-nya, Like Clockwork:

Holding on too long is just a fear of letting go
Because not everything that goes around comes back around, you know

Damn.

But again, ini album bagus banget. Gua bakal rekomendasiin ke orang-orang terutama yang suka genre begini, atau orang-orang yang lagi going through hard times. Karena menurut gua, album ini adalah a good album for your dark days.

It is a really, really good album.